Jangan Kau Nodai Muslimahku
“Bebaskan wanita dari kungkungan tradisi, samakan hak wanita dengan laki-laki, tafsirkan kembali ayat-ayat yang cenderung tak memberi ruang kebebasan pada wanita itu sendiri”
Capek dan gerah saya mendengar isu-isu seperti itu, berbagai literatur, berbagai diskusi, berbagai artikel yang bertebaran di internet menyuguhkan isu-isu gender, isu persamaan antara perempuan dengan laki-laki, ada yang mengatas namakan kebebasan berpendapat ada yang mengatasnamkan agama, dan ada yang mengatas anamakan modernisasi.
Isu yang membuat saya gerah itu, saya dengar ketika saya membaca karya para tokoh yang mengaku sebagai tokoh Islam modernis, yang mengatasnamakan sebagai pembaharu, yang dengan keberaninya mencoba mencarikan jalan dan upaya untuk sekedar mencari pembenaran atas jawaban bahwa Islam tidak mengkungkung wanita
Lantas saya mencoba mencari jawabannya apa benar kalau tafsir yang di berikan oleh para tokoh-tokoh Islam yang melahirkan berbagai karya monumental seperti ibnu katsir, ath Thobari, Jami’ Ahkamul Qur’an dan berbagai karya lainnya selalu memojokkan dan menyudutkan bahkan lebih ekstrimnya tidak memanusiakan wanita? Atau justru mereka yang mengatasnamakan Pembaharu itu yang patut kita benarkan dan kita terapkan pendapat-pendapatnya
Kalau kita membaca isu yang sering di dengung-dengungkan mereka yang mengaku sebagai Pembaharu itu pasti tidak jauh keluar dari tema jilbab, kesetaraan gender, poligami waris, peran wanita dalam kancah politik, dan berbagai penafsiran yang ada dalam alQur’an yang selalu memojokkan peran kaum wanita di dunia ini.
Baiklah disini saya tidak ingin membahas satu persatu semua isu diatas, saya hanya ingin menggaris bawahi sebagian saja, salah satunya adalah wanita sebagai Presiden dalam arti secara umum wanita dalam kancah politik, saya akan memposisikan sebagai seorang pengamat politik, semisal ada sebuah pertempuran atau peperangan yang sedang berkempuk, sementara presiden sendiri takut dan jijik untuk melihat darah karena ia adalah wanita, di lain tempat ia harus menunda pertemuan karena dirinya sedang hamil, bukankah ini pengkhianatan terhadap amanat itu sendiri, Sementara di posisi lain saya memposisikan sebagai rakyat yang di pimpin oleh presiden itu, sementara presiden itu cantik sekali, sampai akhirnya saya ingin memandangi wajahnya karena saking eloknya, bukan kah itu hanya akan menimbulkan isu-isu yang negatif, belum lagi saya memposisikan sebagai seorang keluarga sang presiden, kapan ada waktu untuk keluarga dan anak-anak, sedang anak-anak butuh pendidikan dan kasih sayang dari seorang ibu?
Poligami, banyak orang yang menentang habis-habisan, mengatakan bahwa poligami itu sangat tidak memanusiakan perempuan, sangat tidak menghormati hak sebagai manusia, saya pikir sebagai orang Islam mungkin hal aneh kalau kita tidak mengakui poligami padahal dalam hal dalam alQur’an sangat jelas poligami jelas-jelas boleh, namun lagi-lagi para penentang poligami terlewatkan dalam pandangan mereka dari melihat sisi-sisi yang lain, sisi pemecahan terhadap problematika sosial, sisi akhlaknya, saya mencoba meletakkan sebagai orang Amerika yang dengan bebasnya melakukan hubungan gelap dengan para simpanan, sementara dirinya mempunyai istri yang sudah dinikahinya beberapa tahun dan hidup bersamanya, bahkan tak jarang terjadi hubungan seks di luar pernikahan lalu ujung-ujungnya lahirlah anak-anak tanpa orangtua, bukankah alangkah lebih baiknya ia menikah dengan cara yang di ridhai secara agama dengan nafkah yang di berikan oleh suami yang kecukupan? Kemudian saat dimana banyak janda-janda yang tanpa suami merindukan para pendamping, lalu datanglah sang lelaki memberi pengayoman di bawah satu keluarga why not?
Malam semakin pekat saya garis bawahi dan saya baca dengan seksama buku yang ada ditangan saya itu, dan sampai pada kesimpulan bahwa setelah Islam mendeklarasikan persamaan antara laki-laki dan perempuan tidak adanya perbedaan, setelah itu Islam juga melihat dari sisi watak dan tabiat wanita, dan juga segala perbuatan yang lebih bermanfaat untuknya, Islam menjauhkan dari apa yang bertentangan dengan tabiatnya, atau jika wanita jika mengemban amanat kemasyarakatan dia tidak mampu melaksanakan dengan maksimal, disinilah Islam memberikan peran khusus untuk lelaki dan bukan untuk wanita, ini semata-mata bukan penghinaan terhadap wanita bukan pelecehan terhadap wanita tapi untuk tujuan kemaslahatan masyarakat, bukankah dalam sejarah peradaban manusia, aturan dibuat untuk kemaslahatan masyarakat?
Saya katakan wanita itu tidak seperti laki-laki, ia memang diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang indah dengan keindahannya itulah Allah hendak memberikan tempat yang indah pula, Nabi pun menggambarkan betapa dasyatnya seorang wanita, digambarkan sebagai surga di telapak kaki ibu, mendidik anak, bukankah hal yang paling mulia, menjadikan generasi Islam yang kokoh.
Buat saya tidak ada istilah kebebasan bagi kaum wanita setelah Islam memberikan kebebasan pada kaum wanita itu sendiri, isu itu hanyalah sebuah anggapan buruk barat yang tidak melihat secara jeli tentang hakikat Islam yang ada, ia hanya ingin mencitra burukkan Islam di mata dunia, apa tujuan dari semua itu, tentu agar barat tidak di kalah kan oleh yang lain, anehnya banyak dari kita sendiri, termakan oleh isu itu, bahkan yang mengetahui Islam itu sendiri meng-amin-i apa yang keluar dari, kemudian menafsirkan hal-hal yang sudah qoth’I dalam alQu’an kemudian menafsirkan sesuai kebutuhan mereka. Wallahu a’lam
Published: 2008-07-21T09:38:00-07:00
Title:Jangan Kau Nodai Muslimahku
Rating: 5 On 221210 reviews
POSTINGAN LAIN YANG MUNGKIN ANDA SUKA
Posted by Yonke-Blogger at 9:38 AM
0 comments:
Post a Comment