Masjd, Sebuah Tempat Yang Patut Disayangkan
Cuaca di kairo memang susah untuk di ajak kompromi, setelah cuaca yang nampak kegelap-gelapan alias musim semi sudah mulai berlalu, kini berubahlah menjadi panas, iya panas yang sangat berbeda sekali dengan cuaca yang terjadi di Indonesia, hal ini wajar saja karena mesir terletak jauh dari garis katulistiwa yang menyebabkan pemantulan cahaya matahari sangatlah dekat, yang tentunya berbeda dengan Negara Indonesia yang terletak satu garis sejajar dengan katulistiwa.
Cuaca ini biasanya paling tidak di sukai dari pada cuaca dingin, karena cuaca panas ini selain membuat orang merasa malas untuk keluar rumah juga karena pantulan panas yang di timbulkan secara langsung sangatlah buruk, seperti kulit menjadi hitam dan lusuh, hal ini tentu yang paling banyak di alami kami yang dari asia, yang notabene berkulit agak kecoklat-coklatan, selain itu cuaca ini juga membutuhkan banyak pengeluaran karena saking panasnya, kita sering membeli haga saah atau minuman dingin, dan hal itu hampir dapat di pastikan oleh semua orang.
Iya, sebotol air sangatlah berharga saat musim panas, penjual minuman dingin juga laris manis habis jualannya, siang itu saya nyaris bisa pingsan karena kepanasan, jalan sejauh kurang lebih satu kilo meter, tanpa topi dan tanpa membawa sebotol cairan untuk di jadikan sebagai persediaan minum, ketika itu yang ada di pikiran saya masjid dan masjid, tak tahu kenapa ketika saya mendengarkan masjid saya merasa ada suatu ketentraman di sana, karena selain disana saya dapat minum air dingin gratis, disana saya juga melihat dan mengikuti pengajian secara langsung, atau bahkan saya juga sering mendapatkan bantuan sembako atau uang dari sana.
Seperti di masjid al-Azhar misalnya, ketika saya berada di sana, saya banyak menjumpai mahasiswa Al-Azhar belajar, murojaah kitab, di barisan mimbar saya dapat mendengarkan ceramah-ceramah yang di sampaikan oleh para dosen universitas al-Azhar, sementara ketika saya memasuki ruangan ta’mir masjid saya dapat meghafalkan alqur’an dengan sanad yang tidak diragukan lagi terlebih tanpa di pungut biaya sepeserpun, tak hanya itu didalam masjid ada juga perpustakaan dengan bermacam-macam kitab turots, dan ada juga semacam lembaga yang didirikan oleh masjid yang bertugas menerbitkan buku-buku literature keIslaman berbahasa inggris yang dapat di bagikan secara gratis.
Miniartur seperti inilah yang selalu saya jumpai di bumi kairo ini, masjid sebagai suatu yang keberadaannya selalu menentramkan setiap jiwa yang sedang haus akan ilmu pengetahuan, dan juga haus ingin menyiram tenggorokan yang sedang kering menghadapi teriknya panas, selalu terbuka setiap waktu.
Saya merasa di paksa kembali mengingatkan apa yang terjadi pada banyak masjid di Indonesia, khususnya masjid di desa saya, masjid yang sepi, tiap kali saya hadir disana yang ada hanyalah kunci masjid yang di bawa oleh ta’mir masjid, masjid seakan hanya di jadikan sebagai tempat untuk ritual sholat lima waktu saja, setelah itu fungsinya akan kembali seperti biasa, sebuah bangunan yang hanya berlantai keramik, dengan kubah yang besar, bahkan ada sebagian umat Islam yang malas sekali ke masjid, sungguh ironis memang, peran masjid yang semakin di persempit, saya mungkin dapat menerka barang kali dua puluh tahun kemudian apa yang di sebut dengan sebutan masjid akan identik hanya sebagai ruang untuk mengerjakan sholat maghrib dan isya saja.
Meski antara Indonesia dan Mesir memang terdapat beribu-ribu perbedaan, kalau di Mesir di dalam masjid terdapat alat pendingin air, di Mesir terdapat ceramah para dosen Al-Azhar, dan di Indonesia tak banyak kita jumpai hal seperti itu, bukan berarti perbedaan itu lantas kita sikapi dengan sikap apatis terhadap masjid itu sendiri, bukankah masjid adalah milik seluruh umat muslim dan bukan milik ta’mir masjid saja?
Published: 2009-08-29T01:34:00-07:00
Title:Masjd, Sebuah Tempat Yang Patut Disayangkan
Rating: 5 On 221210 reviews
POSTINGAN LAIN YANG MUNGKIN ANDA SUKA
Posted by Yonke-Blogger at 1:34 AM
0 comments:
Post a Comment