Salutku Pada Suku Afrika
Paras wajahnya memang tak begitu ganteng menurut saya, tapi menurut anggapan orang satu suku dan satu negaranya (Senegal) ia termasuk golongan dambaan kaum hawa, orangnya suka bergaya bak orang sukses meski dia sendiri lagi bokek, tapi menurut saya itu hal yang wajar bagi anak muda seusia dia, hasrat yang selalu pengen mandapat perhatian dari lingkungan sekelilingnya, Muhammad Ibrahim begitulah kawan senegaranya memanggil, kulit yang hitam dan benar-benar hitam, dapatlah anda membayangkan jikalau saya mematikan lampu kemudian saya memintanya untuk tertawa, pasti yang terlihat cuma giginya saja. Namun lain halnya jika saya memintanya untuk melanjutkan potongan ayat al-Qur’an, dengan cepat dia pasti akan melanjutkan ayat yang saya tanyakan tadi, atau saat saya menanyakan padanya tentang bait-bait syair arab, syair yang terkenal dengan kosakata yang super sulit, ia akan menerjemahkan pada saya tentang makna syair itu, ini yang membuat saya kagum padanya betapa cerdas otak orang ini, mungkin ilmuwan sekaliber Newton pun akan mengangguk-anggukkan kepala melihat kecerdasan orang ini.
Lain halnya dengan kawan yang satu ini, teman-temannya memanggil dengan sebutan Deco, orangnya nyeleneh, suka maen bola, pemalas, belajarpun jarang, apalagi kalau disuruh mengerjakan shalat lima waktu, pernah suatu ketika, saya melerainya untuk mengerjakan shalat, apa yang dia katakannya? ia mengatakan “jika kau menyuruh orang Comoros (Negaranya) mengerjakan shalat maka mereka pasti akan mengatakan kepadamu kami sudah sholat di hari kemaren” Dari perkataannya itu seolah ia hendak menggeneralisir bahwa semua orang yang berasal dari negaranya (Comoros) seolah mengerjakan seperti apa yang dia kerjakan, namun di balik keburukan yang dia milliki terdapat seribu kebaikan yang sering dia lakukan, sampai kawan-kawan satu komplek banyak yang menyukai peergaulannya, inilah yang kadang membuat saya berfikir tentang sebagian kelompok dari orang Islam yang mengatakan tidak wajibnya shalat, atau mencukupkan shalat hanya mengingat (dzikir) pada Allah saja, dalam bahasa ilmiahnya re-interprestasi Fiqih Ritual menuju Fiqih Sosial, tapi saya rasa penfsiran seperti itu tidak rasional dan tidak dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah, bagaimanapun Shalat adalah ciri khas yang di milliki umat Islam, dan saya rasa pula semua agama pasti memiliki ciri khas yang membedakannya dengan agama lain, dengan shalat inilah umat Islam terasa berbeda dengan penganut agama lain; Kristen, Hindu, Budha, dsb. Dalam istilah ushul fiqih ayat yang mewajibkan kewajiban yang sifatnya mujmal seperti ayat Aqimu Assholata, tidak boleh di maknai secara lughowi saja tapi harus di maknai secara syariat (bayan minal mutakallim atau Allah), Shollu Kama roaitumuni usholli, cukuplah itu menjadi hujjah bahwa memang shalat itu tidak sekedar dzikir. Dan akal saya pasti mengatakan temen saya yang satu ini salah, menurut pandangan Islam, tapi ala kulli hal kepandaiannya memahami bahasa arab-lah yang membuat saya kagum dan bangga punya kawan seperti dia, dialah yang mengajarkan kepada saya banyak bahasa pasaran Mesir
Yang satu ini memang dia orang yang menurut saya, seseorang yang selalu ingin dapat petunjuk dari Tuhan, alias orang yang berusaha untuk taat beragama di segala aspek, berangkat hanya berbekal uang yang pas-pasan dari Negara asalnya ia melangsungkan study di negeri Mesir, itupun dengan bahasa arab yang sangat bisa dikatakan nol. Yang akhirnya ia hanya di perbolehkan memasuki Ma’had atau Tsanawiyyah kalau di Indonesia, satu yang hendak saya garis bawahi dari pemuda asal Juzur Qomar ini adalah ketekunannya dalam meraih sesuatu, hal ini terbukti dengan bahasa arabnya yang kian hari kian lancar, setelah sebelumnya cuma bisa mengatakan na’am dan la. Namun saat ini, kadang malah saya sendiri yang kuwalahan berbicara berbahasa arab secara Fusha dengannya.
Hal seperti ini sama persis seperti yang saya jumpai pada salah seorang yang berpostur tinggi, murah senyum, selalu menyapa jika bertemu dangan kawan lainnya, Abdul Latief, kewarganegaraan asli Sudan, namun berpindah Negara ke Negara Afrika Tengah, berumuran sekitar dua puluh tiga tahunan, meski sudah agak tua, tapi semangatnya untuk belajar melebihi apa yang di anugrahkan oleh Tuhan kepadanya. Pasalanya, dengan kesibukan yang bermacam-macam hanya cukup dua tahun ia mampu menghafal al-Qur’an dengan lancar, malas dalam menghadapi sesuatu itu adalah hal yang manusiawi, lebih susahnya lagi bagaimana kita mampu menjaga agar rasa malas itu dapat kita hilangkan meski kita sedang malas pupuk rasa istiqomah itu!!, kata itu yang pernah dia nasehatkan pada saya ketika saya menanyakan kepadanya terntang rahasia keistiqomahannya. Dan yang pasti setelah ujian bulan ini ia hendak mempelajari bahasa inggris dengan Jamid (sungguh-sungguh sampai bisa) dan sayapun langsung percaya dengan perkataannya itu bahwa dia akan mampu menggapai mimpinya.
Satu hal yang dapat saya tarik kesimpulan disini adalah betapa Allah SWT memang Maha Adil, ketika Dia memberikan kekurangan pada jasmaniyyah mereka, kulit yang hitam, rambut yang keriting, postur wajah yang tidak ganteng-ganteng amat, atau kadang amat buruk. Namun kecerdasan dan ketekunan yang dimiliki mereka melebihi kecerdasan dan ketekunan yang di miliki oleh kita yang berkulit putih, atau kulit coklat seperti orang Indonesia sekalipun, sampai salah satu teman pernah mengatakan kepada saya “jika jamaah shalat subuh tiba, yang terlihat di masjid cuma orang afrika saja, mana ada orang Indonesia disana? saya pun hanya tersenyum manis menanggapinya. Wallahu A’lam
Published: 2009-05-26T10:14:00-07:00
Title:Salutku Pada Suku Afrika
Rating: 5 On 221210 reviews
POSTINGAN LAIN YANG MUNGKIN ANDA SUKA
Posted by Yonke-Blogger at 10:14 AM
Terima kasih ceritanya
ReplyDelete