Ramdhan, bulan pengkaderan moral

Sebelum di bentuknya tahun hijriyyah, konon salah satu metode yang di pakai umat Islam Arab dalam menentukan nama bulan dan tahun adalah dengan menjadikan setiap peristiwa sebagai nama dari kejadian itu sendiri, seperti kelahiran Nabi Muhammad, para suku Arab menjadikan tahun Fiil (Gajah) sebagai tahun kelahiran beliau. Begitu pula dengan Ramadhan, berasal dari kata Ramadla Al har berarti panas yang terik, dinamakan Ramadhan karena kewajiban puasa kerap kali bertepatan dengan panas yang sangat terik.



Menurut pandangan umat Islam sendiri ibadah puasa mempunyai posisi yang sangat penting, karena ibadah ini mempunyai pengaruh dalam kaitannya mendidik jasmani dan rohani serta mempererat tali hubungan dengan Tuhannya. Arti penting ini terlihat dari sabda Nabi Muhammad dalam salah satu hadis shahih-nya bahwa ”setiap bani adam dia sendiri yang melipat gandakan pahalanya dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa, karena puasa adalah milik-Ku dan Akulah yang memberikan pahala”


Hal ini karena puasa secara kasat mata sulit untuk dapat di barengi dengan rasa riya’ sebagaimana ibadah yang lain, karena betapa tersembuyinya ibadah puasa itu sendiri, yang mana orang lain tidak akan tahu kalau kita sedang berpuasa atau tidak di siang hari bulan Ramadhan, puasa itu yang tahu hanyalah Allah, sampai Allah pun mendeklarasikan bahwa hanya Dirinyalah yang akan menilai puasa orang tersebut.


Dalam perspektif Islam, ibadah ukhrowi itu harus di barengi dengan sebuah tindakan dalam kaitannya memakmurkan bumi ini, karena inilah inti dari tugas manusia di ciptakan di muka bumi ini. Islam ketika mewajibkan hambanya beribadah untuk akhiratnya, pasti mewajibkan sebuah efek kebajikan yang di manifestasikan dalam wujud tindakan riil di dunianya, dari sinilah siapa saja yang hanya bermalasan tanpa melakukan tindakan apapun dengan alasan dia sedang berpuasa, ia belum bisa di katakan gugur dari melakukan ibadah puasa secara benar.


Puasa dapat kita analogikan sebagai sebuah obat yang di wajibkan oleh Allah kepada setiap pribadi muslim dalam kaitannya membentuk insan yang benar-benar bermoral, karena seperti kita ketahui ketika Allah mewajibkan berpuasa, Dia juga tidak membolehkan kepada manusia untuk menggunjing saudara muslim yang lainnya, menyakiti hati saudaranya, berbohong pada perkataannya dan akhlak buruk lain sebagainya, karena puasa bukanlah sebatas menjadikan perut lapar dan haus semata, melainkan melaparkan perut dari mulut yang kotor, dari mata yang suka bermaksiat, dari telinga, hati, tangan dan juga kaki yang melakukan perbuatan buruk yang tidak di ridhoi oleh Islam.


Islam memandang puasa seseorang itu sia-sia, jika dalam kesehariannya orang itu senantiasa tidak menantaati adab-adab orang berpuasa, bahkan puasa itu tidak di terima menurut pandangan syari’at, jika ia sengaja meninggalkan syarat sah puasa itu sendiri, puasa seperti inilah yang hanya berkutat pada lapar dan haus, sementara menurut pandangan syari’at puasanya mendapatkan nilai nol, kondisi seperti inilah yang pernah di singgung Rasulullah SAW bahwa “banyak dari orang yang berpuasa yang tiada ia dapati dari puasanya itu kecuali hanya rasa lapar dan haus”


Dalam bulan puasa inilah kita sebagai umat muslim senantiasa di tuntut untuk menjadi insan yang benar-benar ideal, untuk itu kita tidak boleh melakukan bersetubuh di siang hari, tidak melakukan sesuatu yang fasiq, tidak berbohong, tidak menggunjing dan tidak bermalas-masalasan, namun sayangnya realita yang di hadapi umat Islam sekarang berbeda jauh dengan apa yang ada pada zaman kenabian dahulu, banyak dari umat Islam menyeleweng dari maqoshid (tujuan) dari di syariatkan puasa itu sendiri, banyak yang hanya mengikuti trend-trend yang di miliki masing-masing, sehingga puasa yang seharusnya bermakna pengkaderan moral umat Islam berubah menjadi pengkaderan trend itu sendiri.


Saat ini kewajiban yang musti kita benahi bersama adalah mengembalikan semangat Ramadhan dalam nafas keseharian kita dengan berupaya melakukan segala apa yang di perintahkan oleh Islam serta menghindari apa yang telah di larang oleh syariat Islam itu sendiri, dengan demikian di harapkan timbul perencanaan yang matang dalam menghadapi hari-hari bulan Ramadhan ke depan.


Begitulah Ramadhan, ketika kita mampu menghidupkan Ramadhan sesuai dengan semangat yang di atur oleh Islam, tersebarlah benih-benih kedermawanan, hilanglah rasa saling membenci satu sama lain, timbulnya semangat saling mencintai sesama saudara muslim, serta akan timbulnya kedamaian sosial yang sejalan dengan semangat Islam sebagai Rohmatan lil ‘alamin, pembawa kasih sayang kepada seluruh alam semesta Wallahu A’lam
Ramdhan, bulan pengkaderan moral Hack4rt Blog
Published: 2009-11-30T10:30:00-08:00
Title:Ramdhan, bulan pengkaderan moral
Rating: 5 On 221210 reviews

Anda suka dengan artikel ini? bagikan :

0 comments:

Post a Comment

Sedikit Kata Tentang Saya

Bahak, Blogger dan pecinta Islamic Economies. Asli Warga Rembang, Jawa tengah, tinggal di Cairo, Egypt (walaupun sampai saat post ini dibuat, yang bersangkutan belum mempunyai KTP Mesir). pendiem, ceplas-ceplos, tidak terlalu bertanggung jawab, dan sangat menyukai gadis berjilbab besar (kalo tak ada yang gadis, janda juga ndak papa)

 
/* Hargailah Si Pembuat Template Dengan Tidak Menghilangkan Credit Di Bawah Ini Bikin Template Susah Bro..!!! */