Nantikanlah Aku Di Batas Waktu
Alunan nasyid Edcoustic - Nantikanku di batas waktu itu mengalun dengan syahdunya di headset Rizal, pandangan matanya lugu, menerawang tak jelas, di pandanginya pemandangan disampingnya, kegelapan begitu pekat membekuseirama dengan suhu udara yang begitu menusuk, perjalanan begitu jauh luxor ke cairo, tak begitu jelas apa yang ia pikirkan, tatapannya matanya menerawang,mengalir begitu saja, seakan tak mengerti apa yang ia pikirkan, tak terhitungberapa kali nasyid edcoustic itu berputar, menemani perjalanan malam yangbegitu sendu.
Suara putaran roda gerbong kereta api jurusah Luxor - Cairo begitu jelas, dan keheningan di sekitar turut meramaikan suasana yang ada di dalamkereta Rizal, udara dingin yang menambah kesyahduan hatinya, jarum jam sudahmenunjukkan pukul 01:00, kawan-kawan satu keretanya sudah terlelap dalam buaianalam mimpi, tak ada yang terbangun kecuali masinis dan petugas kereta, lengkapsudah kehampaan yang di rasa pada malam itu, matanya tak juga terpejam menuju alamtidur, pandangannya tetap tertuju pada kegelapan di sekeliling perjalanan, terdapatbeberapa patah kata yang masih teringat di dalam pikirannya itu, tentang ceritakegundahan, tentang kegelisahan, kegalauan, tentang ketidak pastian, dantentang cinta.
Rizal adalah seorang mahasiswa pasca sarjana di salah satu universitas tertua di dunia, Al Azhar university, jurusan fiqh perbandingan madzhab tamhidi pertama, dia adalah mahasiswa yang biasa-biasa, aliaspas pasan, segalanya pas, ia juga tidak mempunyai prestasi yang bisa dibanggakan di mata orang lain, ia hanya patut bersyukur dengan masih adanyasisa-sisa rasa semangat yang melekat pada dirinya yang membuatnya saat inimasih bisa menikmati nikmatnya belajar ilmu ke islaman, Rizal adalah anak pertamadari tiga bersaudara, ayahnya seorang guru tidak tetap, gajiannya tidakseberapa, itupun hanya cukup untuk makan sehari-hari. Kuliah pun Rizal mengandalkanbeasiswa secara penuh selama 4 tahun karena memang keluarganya tidak mampuuntuk membiayai ia kuliah. Mau tidak mau Rizal suatu saat nanti di harapkanmenjadi tulang punggung kedua adiknya yang masih kecil dan kuliah, karenaayahnya sudah begitu tua dan tidak mampu lagi untuk menafkahi keluarganya.
Sementara Wafi adalah sosok mahasiswi di universitas yang sama,fakultas ushuluddin semester 4, ia adalah mahasiswa yang luar biasa, segala aktifitasnya selalu berkaitan dengan syiar Islam, semangat keislamannya luarbiasa selalu aktif dalam kegiatan Tholabul ‘Ilmi, selalu hadir dalammajlis talaqqi, baik itu formal maupun nonformal, fikirannya yang cerdasmembuat ia selalu menyabet beberapa penghargaan lomba yang di adakan oleh PPMImaupun WIHDAH, kabar terakhir ia berhasil menyabet juara pertama perlombaantahfidz yang di bawahi oleh persatuan Parlemen Al Azhar, Wafi adalah anak keduadari tiga bersaudara, ayahnya adalah seorang terpandang di daerahnya, itulahmengapa ia melanjutkan study jauh di negeri seberang, Mesir, dimana adat dariseorang tokoh islam di tanah jawa selalu menyekolahkan anaknya di Timur tengah.
***
“Ka, tungguin wafi yah… “ SMS muncul di malam hari, tertulis dari salah seorang akhwat
Rizal terkejut dengan SMS tidak lazim itu, Akhwat itu memang tidakaneh buat Rizal, karena akhwat itu selain teman ngaji di masjid al azhar iajuga tetangga dekat Kos-an nya. Akhwat itu bernama Wafi, seorang yang rajin mulazamahkepada para Masyayikh al azhar, seorang muslimah yang taat, sholihah, teguhmenjaga agamanya. Diam diam Rizal juga mengagumi sosok akhwat yang satu ini,dan salah satu akhwat yang memenuhi kiteria calon pendamping itulah mengapa Rizalbegitu bingung dan di liputi rasa penasaran dengan SMS akhwat itu tadi.
“Tunggu apa Fi? Saya kurang paham dengan sms yang kamu tulis”
“Pokoknya tunggu saya Ka, Insya Allah nanti kamu akan tahu jikamemang sudah waktunya.” Timpal akhwat itu.
Hati rizal semakin berdegup kencang, tanda tanya besar begitu jelasdi pikiran rizal atas sms dari Wafi itu, Rizal semakin penasaran dengan maksudWafi, dia pun terhanyut dengan pikiran-pikiran liar dan sangkaanbermacam-macam, untungnya ia kemudian segera ingat, dan beristighfar, dandengan segera ia akhiri sms dari Wafi
“Maaf fi, saya ada urusan, udah dulu ya.. Assalamu ‘alaikum”
Rizal masih disibukkan dengan fikirannya sendiri, apa yang maksuddengan pernyataan Wafi? Kenapa dia bilang seperti itu, ada seorang akhwatbilang “tunggu aku jika sudah waktunya” siapa sih yang tidak merasatersipu dan gregetan dengan pernyataan seperti itu, terlebih akhwat itu adalahseorang yang kita kagumi, dan kita impikan setiap saat. Banyak kemungkinan dalamkata-kata wafi, kemungkinan menunggu dia saat ngaji, kemungkinan menunggu diapas pulang menununggu bis, kemungkinan nungguin ia datang di rumahnya, ataukah menungguke jenjang pernikahan? Arghhh….. Rizal semakin bingung.
Rizal pun akhirnya menyudahi kebimbangannya dengan mengerjakan tugasBahs kuliah yang tak kunjung selesai.
****
“Hoy, bangun Zal, dah setengah sembilan pagi nih…!! Bahs mumenunggu tuh”
Bergegas rizal terbangun setelah melihat jam di tangannya tepat menunjukkan 08:30, astaghfirullah, telat deh ane, makasih akh, dah dibangunin bergegas ia menuju kamar mandi, gosok gigi dan cuci muka.
“Kebiasaan deh zal, kalau pagi itu mbok ya mandi biar wangi dan ganteng” Sergah Anditemen satu syaqoh nya
“Hehehe,,, Ah, dah telat nih, assalamu alaikum” Sambilmenyerobot sandwich nya Andi.
Di semanjang jalan Rizal sibuk dengan Bahs nya, di bolak balik kertas print bahs yang akan di kumpulkannya nanti, ia teliti kata perkatasiapa tahu ada yang salah ketik atau salah tulis.
***
Matahari sudah memperlihatkan cahaya redupnya, muhadlarah kuliahpun berakhir, fikiran Rizal sudah mulai fresh, seharian muhadlarah 3mata kuliah begitu menguras pikiran. Bergegas ia langkahkan kakinya menujumasjid Al Azhar untuk menunaikan sholat Ashar.
“Wah, capek banget ya akh, muhadlarah, presentasi, begitu memerasotak dan memporsir tenaga, tapi ala kulli hal Alhamdulillah-lah kerja keras kita berminggu-minggu akhirnya selesai dengan mumtaz.. :D” Curhatan Rizalkepada Fuad temen sefakultas
“Yang penting tetap semangat zal, kenajahan sudah mulai di depan mata, demi cita dan cinta zal, hehe” tanggap Fuad sambil mengambil air wudlu, untuk kemudian shalat ashar berjamaah di masjid alazhar
Sholat ashar pun akhirnya selesai, mereka akhirnya kembali ke koskosannya, karena kebetulan mereka berdua tidak ada kesibukan di sore ini, ia beranjakmelewati pintu keluar alazhar samping, ia lihat para akhwat bergerombol menuju Ruwwaq Atraq, menghadiri pengajian Syekh Salem, pengajian fiqih syafi’i,Rizal cuek dengan mereka, karena selain waktu itu ia tidak ingin hadir dalampengajian waktu itu, ia juga begitu letih dan capek, lalu ia ambilah sepatunya,dan memberanikan diri melewati gerombolan akhwat itu, namun sewaktu ia melewatipara akhwat itu, tak sengaja ia menangkap senyuman seorang akhwat, dan Rizalpunmembalas senyuman dari akhwat itu, ya… akhwat itulah yang mengirim SMS Rizal semalam,Fuad teman kuliahnya pun ikut senyam-senyum melihat tingkah Rizal yang selalusalah tingkah ketika melihat akhwat, lalu dengan segera ia akhiri pandanganRizal dengan menundukkan kepala, dan bergegas ia meninggalkan masjid Al Azhar.
Tak lama Rizal sampai di koskosannya, di dapati lah Handphone nya berdering,tanda pesan di terima
“Salam, kak, maaf ya tadi ga sempet nyapa, Cuma mau bilang saja silahkan keluarga kaka ke keluarga aku ka….”
Dengan segera ia pejet Reply dan menulis
“Wa’alaikmslm Wr Wb, ya ga papa fi, haaaa….. apa maksudmu Fi”
“setelah menimbang dan memperhatikan, ya gitu deh ka, wafi maluuntuk menuliskannya.. :D”
Bagai di sambar petir Rizal membaca apa yang di tulis oleh Wafi,seluruh badannya terasa gemetar, lemas, seolah angin kencang begitu saja berhembus,membawa kebahagiaan, kesedihan, keraguan, dan datang secara bersamaan.
Rizal masih diam membisu seribu bahasa, tak mampu ia membalas apayang di tulis oleh Wafi, semakin bingung dengan apa yang akan hendak tulis, iakemudian meminta waktu untuk berfikir dengan matang. Rizal memang begituberharap suatu saat wafi mau menerima cinta rizal, ia memang begitu mengagumikesalihan wafi, begitu menginginkan wafi bisa menjadi belahan jiwa yang selaluada di saat suka dan duka, namun bayang-bayang rizal selalu di selimuti dengannasehat ayahnya,
“Nak, selesaikan tamhidi pertama dulu, itu yang terpenting dalamkondisimu saat ini, bagaimana jika nanti kamu tidak naik, bapak sangatmengharapkanmu jadi tauladan dari adik-adikmu, tetap berjuanglah dan janganmenyerah, tak usah kau pedulikan dengan hal-hal yang bisa membuatmu lengah daritujuan utamamu”
Kata-kata itu selalu terlintas di pikiran rizal, itulah sebabnya ia takut kalau kesempatan terakhir ini gagal, ia takut tidak bisa melanjutkankuliahnya, dan tentu tidak ada lagi kata “kuliah di Mesir” lagi. karena bagaimanapun ia adalah kebanggaan orang tuanya, tak mudah bagi keturunan orang awam seperti rizal bisa mengenyam pendidikan di luar negeri, terlebih di timurtengah, yang notabene hanya bisa di nikmati rata-rata oleh para gus, dan keturunan parakiyai dan ustadz, rizal merasa apalah artinya ia mengecewakan orang tuanya yangsudah bekerja keras siang dan malam sebagai guru tidak tetap hanya untukmembiayai kuliahnya, kalau ujung-ujungnya tanpa hasil dan sia-sia.
Akhirnya dengan penuh kemantapan di tuliskanlah SMS ke Wafi
“Fi, setelah kaka pikir2, tunggu kaka di akhir tahun ya? Insya Allah kaka akan ke rumah Wafi untuk mencoba meminta persetetujuan dari Abah Wafi, kaka hanya butuh waktu saja, ga mungkin lah kaka melewatkan kesempatan emas ini, kesempatan yang telah kaka nantikan dan kaka tunggu dari beberapatahun silam…. :D”
***
Rizal masih terbawa dalam renungannya, sementara waktu sudah menunjukkan jam 03:30, matanya belum juga bisa terpejam, handphone nya masihmenyala dengan putaran edcoustic, rasa takut kehilangan sosok sehebat wafibegitu membelenggunya, ia takut dengan keputusannya untuk menunda adalah kesalahan fatal yang tidak bisa termaafkan seumur hidup Rizal, namun ia bergegas dan segera tersadar setelah alarm handphone nya berbunyi, menandakan shalat Qiyamullail,bergegas ia bertayamum, sebagai ganti dari wudhu karena kereta belum jugasampai Cairo, di hadapkanlah wajahnya kearah dimana kereta berjalan, ditegakkannya badannya ke kursi kereta, Allahu akbar, berniat mengadukankegalauannya kepada Sang Pencipta maha mengerti segala apa yang di rasa oleh setiap hamba-Nya.
Rizal mengakhiri Doanya dengan dzikir yang panjang sembari denganpenuh khusu’, tawadlu, dan di iringi dengan tangisan seorang hamba yang merindu pertolongan sang Maha Agung. Rizal begitu merasakan keintiman dengan Rabbnya.Hingga Adzan Shubuh berkumandang Rizal masih begitu khusyuk dengan munajat padaRabbnya. Dalam hatinya berkata “NANTIKAN AKU DI BATAS WAKTU”
Published: 2013-04-25T13:38:00-07:00
Title:Nantikanlah Aku Di Batas Waktu
Rating: 5 On 221210 reviews
Posted by Yonke-Blogger at 1:38 PM
0 comments:
Post a Comment